Cerita Motivasi
Tuesday, February 21, 2017
Friday, February 19, 2016
Syaitan Membantu Pemuda Ke Masjid
Seorang pemuda bangun awal pagi untuk shalat subuh di Masjid. Dia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Di tengah jalan menuju masjid, pemuda tersebut jatuh dan pakaiannya kotor.
Dia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali ke rumah. Di rumah, dia berganti baju, berwudhu lagi dan berjalan menuju masjid .
Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia jatuh lagi di tempat yg sama! Dia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali ke rumah. Di rumah, dia sekali lagi, berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju masjid.
Di tengah jalan menuju masjid , dia bertemu seorang lelaki yang memegang lampu.
Dia menanyakan identitas lelaki tersebut. Lelaki itu menjawab, "Saya melihat anda jatuh 2 kali di perjalanan menuju masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan anda..'
Pemuda tersebut mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid .
Ketika sampai di masjid, si pemuda bertanya kepada lelaki yang membawa lampu, mengapa tidak masuk dan shalat subuh bersamanya?" Lelaki itu menolak. Pemuda itu mengajak lagi hingga berkali kali dan jawabannya tetap sama.
Pemuda bertanya, "Kenapa menolak untuk masuk masjid dan ikut shalat?" .
Lelaki itu menjawab, "Karena aku adalah Iblis."
Pemuda itu terkejut mendengar jawaban lelaki itu. .
Syaitan kemudian menjelaskan: Saya melihat kamu berjalan ke masjid dan sayalah yang membuat kamu terjatuh. Ketika kamu pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah memaafkan semua dosa dosamu.
Saya membuatmu jatuh kali kedua, dan itupun tidak membuatmu berubah pikiran untuk tinggal di rumah, kamu tetap memutuskan kembali masjid. .
Karena itu, Allah memaafkan dosa-dosa seluruh anggota keluargamu.
Saya kuaatir, jika saya membuat kamu jatuh untuk kali ketiga, jangan-jangan Allah akan memaafkan dosa seluruh penduduk kampungmu. Jadi, saya mesti memastikan bahwa kamu sampai di masjid dengan selamat.
Moral kisah ini:
Jangan biarkan Syaitan mendapatkan keuntungan dari setiap aksinya. Jangan melepaskan sebuah niat baik yang hendak kamu lakukan karena kamu tidak pernah tahu ganjaran yang akan kamu dapat dari segala kesulitan yang kamu temui dalam usahamu untuk melaksanakan niat baik tersebut.
(Jangan menyerah pada usaha ke-100 meskipun masih gagal. Siapa tahu keberhasilanmu berada pada usaha ke-101
Dia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali ke rumah. Di rumah, dia berganti baju, berwudhu lagi dan berjalan menuju masjid .
Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia jatuh lagi di tempat yg sama! Dia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali ke rumah. Di rumah, dia sekali lagi, berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju masjid.
Di tengah jalan menuju masjid , dia bertemu seorang lelaki yang memegang lampu.
Dia menanyakan identitas lelaki tersebut. Lelaki itu menjawab, "Saya melihat anda jatuh 2 kali di perjalanan menuju masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan anda..'
Pemuda tersebut mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid .
Ketika sampai di masjid, si pemuda bertanya kepada lelaki yang membawa lampu, mengapa tidak masuk dan shalat subuh bersamanya?" Lelaki itu menolak. Pemuda itu mengajak lagi hingga berkali kali dan jawabannya tetap sama.
Pemuda bertanya, "Kenapa menolak untuk masuk masjid dan ikut shalat?" .
Lelaki itu menjawab, "Karena aku adalah Iblis."
Pemuda itu terkejut mendengar jawaban lelaki itu. .
Syaitan kemudian menjelaskan: Saya melihat kamu berjalan ke masjid dan sayalah yang membuat kamu terjatuh. Ketika kamu pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah memaafkan semua dosa dosamu.
Saya membuatmu jatuh kali kedua, dan itupun tidak membuatmu berubah pikiran untuk tinggal di rumah, kamu tetap memutuskan kembali masjid. .
Karena itu, Allah memaafkan dosa-dosa seluruh anggota keluargamu.
Saya kuaatir, jika saya membuat kamu jatuh untuk kali ketiga, jangan-jangan Allah akan memaafkan dosa seluruh penduduk kampungmu. Jadi, saya mesti memastikan bahwa kamu sampai di masjid dengan selamat.
Moral kisah ini:
Jangan biarkan Syaitan mendapatkan keuntungan dari setiap aksinya. Jangan melepaskan sebuah niat baik yang hendak kamu lakukan karena kamu tidak pernah tahu ganjaran yang akan kamu dapat dari segala kesulitan yang kamu temui dalam usahamu untuk melaksanakan niat baik tersebut.
(Jangan menyerah pada usaha ke-100 meskipun masih gagal. Siapa tahu keberhasilanmu berada pada usaha ke-101
Friday, December 4, 2015
Rumahku Surgaku
Tadi malam sebagian kota Jakarta baru saja diguyur
hujan. Tidak lama, namun cukup membuat kesejukan di dalam kamar seluas 4 x 4
yang biasanya panas di kostan keluarga baru, Abdullah dan Raudhah. Barangkali
masih terasa sejuk karena berada di pinggir wilayah Jakarta bagian timur.
Dinginnya hawa itu membuat malas dan ingin terus berselimut sambil meluruskan
badan dengan kaki terkujur.
Suara kokok ayam di Jakarta tidak ada bedanya
dengan suara di Bandung. Meski hujan baru turun, ia tetap lantang menandai
waktu subuh yang sebentar lagi akan tiba.
Abdullah segera bangun. Mengecup lembut kening
istrinya yang masih tidur.
”Suara ayam itu membuatku terbangun.. saat ayam
berkokok, ia melihat malaikat. Yuk ma, kita mohonkan karunia-Nya semoga kita
senantiasa dalam bimbingan Alloh swt.”.
”Papa mau shalat?” tanya Raudhah yang masih tak
tahan membuka kelopak matanya yang agak berat..
”Ya.. Papa mau shalat tahajud” jawab Abdullah
singkat. Ia bisa memaklumi istrinya yang seharian kemaren mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, nyaris tanpa istirahat. Kemudian ia segera mengambil wudhu. Ia
rasakan setiap tetesan yang mengenai tubuhnya yang agak kaku. Seolah
mendinginkan dinding hati menyejukkan jiwanya yang ingin bermunajat kehadirat-Nya.
Kemudian ia berdiri tegap menghadap kiblat di atas sajadah.
Azan subuh berkumandang. Abdullah bersiap
berangkat ke mesjid. Dikecupkannya lagi dengan lembut ke kening Raudhah yang
masih terbuai mimpi.
”Papa ke mesjid dulu Ma, mama tolong kuncikan
pintu” bisik Abdullah.
Perlahan Raudhah bangun dari tidurnya.
Mengantarkan suaminya yang sudah rapi dengan baju koko, bersarung dan berpeci
ke depan pintu kamar.
Usai menjalankan shalat subuh, Raudhah menyiapkan
sarapan. Menu telor mata sapilah yang terlintas diingatan.
Kompor listrik disiapkan, tapi kali ini lampu
indikatornya tak menyala. Ada apa ya? Tanya Raudhah yang mencabut dan
memasangnya kembali ke steker listrik berulang kali.
Di luar terdengar salam, ”Assalamualaikum.. ”.
Dan kewajiban Raudhah pun untuk menjawab salam,
”Waalaikum salam.warahmatullahi wabarakatuh[1].”
Begitu masuk, Abdullah takjub masih pagi sekali
istrinya sudah sibuk bekerja menyiapkan sarapan untuknya.
Abdullah mengambil alat pembuka dan membongkar
pemanas itu. Memperbaikinya. Namun usahanya sia-sia. Sesekali ia kibaskan ke
wajahnya yang mulai berkeringat karena kompor listriknya belum menyala
“Nanti kalau rumah kita sudah ada dapur, kita beli
kompor” kata Abdullah. ”Tadi papa sudah tahu kalau kompor ini mati waktu mau
membuat air hangat”.
”Iya Pa ngga papa... kalau memang ngga bisa diperbaiki, kita cari
lagi nanti”.
”Ya Ma, sementara mama ngga usah masak dulu. Kita
bisa beli nasi dan lauk di luar. Mama juga enak, ngga repot masak”
”Tapi Pa, beli makanan di luar jatuhnya lebih
boros. Kita masih banyak keperluan”
Abdullah mulai menyadari kehidupan di rumah
tangganya harus mulai dibangun. Ada hal baru seperti kebiasaan mengambil
keputusan sendiri, mulai kini mesti dihindari. Dia tidak bisa mengikuti egonya
lagi, karena pasti banyak hal nanti jalan hidup yang mereka lalui melibatkan
pasangan hidup untuk senantiasa berdiskusi.
”Maafkan Papa, ya Ma...ngajak Mama pindah ke
Jakarta tinggal di rumah kecil mungil bahkan sempit seperti ini” kata Abdullah.
”Ngga Papa Ma, Mama bersyukur bisa tinggal di
kamar seperti ini. Yang paling penting juga kita masih diberikan kelapangan
hati oleh Alloh dan kenikmatan bisa beribadah”.
”Siapa yang menciptakan kita, Pa?” tanya Raudhah.
”Alloh Ma..”.
”Siapa yang
menciptakan keperluan kita?” tanya Raudhah lagi.
”Alloh..”
”Siapa yang
menciptakan udara sehingga kita masih bisa bernafas”
”Alloh ..”
”Tubuh kita sebagian besar terdiri dari air. Siapa
yang menciptakan air?”
”Alloh.. ”
”Alloh pasti akan memberikan rejeki, yang
mempertemukan kita, yang menginginkan apa yang kita perlukan. Alloh Maha Tahu
apa yang kita perlukan..” jelas Raudhah.
”Subhanallah...
kata-kata mama menyejukkan. ”Betul Ma... ini namanya kebahagian yang tidak bisa
dibeli”.
”Yang membuat kita semakin bahagia adalah justru
kita mendapatkan sesuatu itu menjadi jalan kita yang ditunjukkan dan
dibimbing-Nya agar kita juga semakin dekat dengan Alloh”.
”Papa bersyukur semoga rumah tangga kita ini
menjadikan kita senantiasa untuk terus mendekatkan kita kepada Alloh” Abdullah
kemudian meraih Al Quran yang sudah melambaikan sejak subuh tadi. Dibukanya
surat Al Kahfi 10 dan menjiwai arti yang berbunyi:
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat
berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: "Wahai Tuhan kami, berikanlah
rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini)."
Pagi
hari dibulan keempat, tak seperti biasanya. Raudhah muntah-muntah. Abdullah
segera membawanya ke dokter. Kabar yang tak diduga, hasil pemeriksaan dokter
mengabarkan bahwa Raudhah sedang hamil. Abdullah bersyukur karena Alloh swt
akan mengaruniai seorang anak, tentu hal ini tidak luput dari pengetahuan-Nya[2].
Beberapa
bulan dilewati, mereka berencana untuk mempersiapkan kelahiran anak pertama
nanti di Tanjungsari.
Di
hari Jumat, Abdullah masih bekerja. Setelah shalat Jumat ada pesan singkat yang
masuk di ponselnya.
“Papa,
Alhamdulillah anak kita lahir. Perempuan.”
Alhamdulillah! Rasa syukurnya Abdullah pada Alloh
yang telah memberikan anak perempuan yang sehat. Kabar ini pun diteruskan
kepada kedua orangtuanya, mama dan abah yang ada di kalimantan dan
saudara-saudaranya yang tinggal di kota yang berbeda.
Subscribe to:
Posts (Atom)